- soekadi wrote:
- Walaupun kesarjanaan muslim sepakat bahwa al-Qur'an adalah kalam Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw., tetapi mereka tetap berbeda pendapat ketika menginterpretasikan hakikat kalam Tuhan tersebut. Apakah itu kalam Tuhan dalam artian yang hakiki, atau dalam artian majazi (konotatif)?. Kalau dalam artian yang hakiki, berarti kalam Tuhan terdiri dari huruf-huruf yang tersusun dalam kata-kata, terangkai dalam kalimat yang bisa dibaca dan didengar. Padahal setiap seseuatu yang tersusun dari komponen-komponen adalah baru (hâdits), dan setiap sesuatu yang baru adalah mahluk. Kalau begitu kalam Tuhan mahluk, atau sama dengan kalam mahluk.
Kalau kongklusi akhirnya adalah kemungkinan yang pertama, maka itu yang difamahi oleh muktazilah. Tetapi kalau kongklusi akhirnya adalah yang kedua maka itu yang difahami oleh Karamiyah, padahal Tuhan sendiri menyatakan dalam al-Quran-Nya bahwa dzat-Nya tersucikan dari segala bentuk persamaan. Kalau kemungkinan pertama imposibel berarti kemungkinan kedua, Kalamullah dalam artian majazi . Kalau begitu apakah hakikat al-Qur'an?. Apakah al-Quran itu hanya interpretasi dari kalam Tuhan, atau hanya buatan Nabi Muhammad saw. yang dinisbatkan pada Tuhan sebagaimana tuduan kebanyakan sarjana barat, atau ada kemugkinan lain yang belum tersingkap.......????????
Weh-weh om kadi, kok susah amat sih buat soalnya, itu khan pelajaran sampeyan tabsir wal istisroq ya mana mungkin akan menarik perhatian, tapi ok lah saya coba menjawabnya.
Kalam Allah, tentu bukan kalam makhluk, jadi kalau sampean mengatakan kalam Allah sama dengan kalam makhluk itu keliru sekali lagi itu keliru,
kekeliruan yang pertama, anda menyamakan kalam Allah dan Makhluk, disini anda saya tuntut untuk membuktikan dimana kesamaan kalam Allah dengan makhluk itu.
makhluk terbagi menjadi dua, ada yang bisa bicara dan ada yang tidak menurut kita, tapi menurut Allah semuanya dapat bicara, coba sampean lihat ketika Allah dialog dengan langit, dengan bumi, dengan semua makhluknya, coba buktikan makhluk yang mana yang bisa sama dengan Allah dalam kalamnya.
Kedua, Allah punya sifat Kalam dan itu adalah qodim, apa bedanya dengan kalam makhluk, kalam makhluk ada jedanya, kalau Kalam Allah tak pernah berhenti, Kalam Allah yang diwahyukan pada nabi Muhammad itu bernama Al Qur'an, pada nabi Isa dinamakan Injil, pada nabi Musa dinamakan Taurat, pada Nabi Dawud dinamakan Zabur, pada para kekasih Allah dinamakan Ilham, pada semua manusia dinamakan hati nurani.
Makhluk mana yang bisa memberi wahyu??
lihatlah contoh ayat wallahul qohiru fauqo ibadih
manusia memiliki sifat qoharo tapi Allah lebih qoharo, manusia punya sifat cinta tapi Allah punya sifat cinta yang lebih dan seterusnya, lalu dimanakah yang anda anggap sama?
Bagiku setiap apa yang diucap adalah kalam dan semua ucapan wayang adalah ucapan sang dalang, akan tetapi ucapan sesama wayang akan salah menurut wayang yang lain dan diantara wayang ada kalam yang dipakai undang2 undang, pun semua itu adalah perbuatan sang dalang.
dalang berhak menentukan siapa yang berkata baik dan siapa yang berkata buruk, namun yang baik akan dipuji dan yang buruk akan dicaci, itulah kodrat.
Kalam Allah itu tanpa batas, qul lau kanal bahru midadal likalimati robbi, lanafidal bahru qobla an tanfada kalimatu robbi walau ji'na bi mislihi madada.
AlQur'an adalah Kalamullah yang diwahyukan pada nabi Muhammad.
Adapun yang diilhampan pada para wali dan yang bersih hatinya bukan disebut Al Qur'an, dan tentu jangkauan kalam itu terbatas, adakalanya hanya untuk dirinya, bahkan apabila diberikan pada orang lain akan menimbulkan bahaya.
Pada para nabi juga demikian, jadi tidak semua wahyu untuk disampaikan, tapi ada yang khusus, sebagaimana perkataan nabi, kalau saja kalian tahu apa yang aku tahu niscaya kalian tak akan bisa tertawa (cmiiw)
itu dulu om kadi